PUISI LUAHAN HATI, TERAPI DIRI: “BADAI DI LUAR JENDELA”

Angin petang menghembus laju,

Cuaca redup menambah sayu,

Dingin walau tidak bersalju,

Memotretkan hati yang terbuku,

Dengan rasa sunyi dan pilu.

 

Sesekali angin menerpa kembali,

Bayu sejuk menyelubungi diri,

Fikiran mula melayang pergi,

Mengenang diri tidak berbudi,

Racun akal mula menguasai.

 

Air mata mengalir ke pipi,

Rintik hujan seakan mengerti,

Menanti akan terbitnya mentari,

Seksanya hati menagih simpati,

Remuk jiwa siapa yang peduli.

 

Angin petang menghembus laju,

Cuaca redup menambah sayu,

Dingin walau tidak bersalju,

Memotretkan hati yang terbuku,

Dengan rasa sunyi dan pilu.

Sesekali angin menerpa kembali,

Bayu sejuk menyelubungi diri,

Fikiran mula melayang pergi,

Mengenang diri tidak berbudi,

Racun akal mula menguasai.

 

Air mata mengalir ke pipi,

Rintik hujan seakan mengerti,

Menanti akan terbitnya mentari,

Seksanya hati menagih simpati,

Remuk jiwa siapa yang peduli.

 

Dewasa itu penuh pancaroba,

Bukan semudah apa disangka,

Kadang hidup dibelenggu alpa,

Menunggu nasib akan dibela,

Oleh Tuhan yang Maha Berkuasa.

 

Warkahku buat pejuang depresi,

Badai di luar jendela bukanlah apa,

Dibanding hatimu yang menangis hiba,

Tetaplah bangkit mempertahan nyawa,

Gapailah harapanmu yang sudah terbina.

 

-Khairunisa Zul Kuraini

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Basket
Scroll to Top